Individually perceptive but collectively blind

Almost everybody agrees that diversity is desirable within a team. The idea has always felt intuitively right to me. But while I’ve felt this, I have never understood or considered the mechanics of…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Menjamu Waktu Eps.2

♂️

Sudah berlangsung tiga jam sejak kukirimkan pesan teks kepadanya, dan pada hitungan detik yang melebihi 45 kudapatkan balasan . Agak sinis memang mengethui orang yang sudah lama tidak hadir dalam rotasi kehidupan tiba — tiba datang dengan orbit yang ingin menyatu begitu saja dan itu terjadi padanya.

“eh Kak Raka, tumben banget. Ya alhamdulillah baik, bagaimana Kak? Ntar kayak dulu lagi wacana — wacana terus”. Itulah jawaban yang aku dapatkan pada notifikasi yang telah aku buka.

Memang sudah sejak awal — awal dia kuliah aku menjanjikan untuk berkunjung ke Jatinangor, namun alam tiap kali mempunyai jalan untuk makhluk yang menjadi takdirnya, atau mulai tidak berkenan dengan kedatangan insan untuk bertemu melepas rindu. Memang otak ini tidak dapat mengerti bagaimana alam bekerja, menulis takdir mengkonsepsi rotasi pada setiap orbit yang melekat pada takdir manusia. Dan dari teks yang dibalasnya padaku, nurani dan nalar selaras berkata bahwa mungkin saja dia masih berharap pada kedatanganku. Memang aku akui nurani ku masih mengharap dirinya yang hadir dalam sekelilingku bukan hanya hadir dalam gawai, walau keadaan berbeda sekarang, kita yang terbentang dalam ratusan kilometer tidak dapat dengan mudah bercerita tentang hari — hari yang kami alami pada kehangatan satu meja. Secanggihnya teknologi yang dipakai manusia pada saat ini tetap belum mampu untuk dapat menggantikan sentuhan yang didapat ketika lelah menerjang raga dan pikiran. Dan kala ini alam memberiku kesempatan, akan kuambil kesempatan ini.

Setiap peserta yang termasuk pada 10 besar diharapkan ke Bandung untuk dapat mempresentasikan karya mereka. Dan aku belum menemukan frasa apa saja yang dapat aku sematkan pada gambar yang aku kirim. kalau kalian ingin tahu, gambar yang aku kirim adalah sebuah potret dari seseorang laki — laki muda yang sedang tertawa ketika melihat layar pada gawai yang dia genggam. Masih ada dua minggu pikiriku untuk dapat memberikan cerita pada hasil jepretanku, namun yang lebih aku pikirkan adalah bagaimana aku dapat menyabung bahasa antara aku dan Iskha ketika kita berada dalam satu kala dan tempat. Apakah masih dalam dirinya hadir segcara utuh untuk tertawa pada segala candaan yang kuberikan padanya pada waktu — waktu yang lalu? Aku harap iya.

Belum lagi aku sepenuhnya menerima dengan keadaanku saat ini. Bukan, bukanya aku tidak bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan kepadaku. Aku bukanya kufur nikmat, aku hanya merasa bahwa tidak seharusnya aku berada di sini. Pada awal — awal perkuliahan aku sangat shock dengan keadaan. Setidaknya ada hal yang membuatku kaget akan keadaan. Yang pertama mengenai perkuliahan yang ternyata sangat jauh berebda dengan dunia sekolah menengah. Saat kamu masih menjadi Siswa, kamu tinggal hidup dan belajar dengan jawal yang telah ditentukan oleh bagian akademis sekolah, sesederhana itu hidup di Sekolah asalkan kamu patuh dan mengikuti kelas. Namun saat menjadi mahasiswa kamu diberi keleluasaan dalam memilih jadwal yang kamu inginkan. Kamu dapat memilih kelas pagi atau sore, ingin mengambil berapa mata kuliah dan bebas menentukan dosen mana yang akan memberimu sefruit ilmunya kepadamu.

Belum ada seorang yang aku kenal di Jatinangor yang dapat dengan tidak canggung aku ajak untuk curhat masalah ini, satu -satunya orang yang aku ajak diskusi mengenai hal ini hanyalah Raka. Walau tidak semua perkataanya dapat diterapkan pada kehidupan di kampus ini, namun selalu ada saja beberapa rasa hangat yang dia tularkan. Dia seperti kakak kandung yang selalu memberikan instruksi yang melenceng yang tetap diterima dengan baik oleh adik kecilnya, setidaknya begitu. Dan pada awal — awal dia sering menanyakan kabarku di sini bagaimana. Bahkan dia pernah menanyakan apakah ada waktu senggang agar dia dapat menemuiku di Jatinangor. Namun selalu saja tidak pernah terjadi, bukan karna aku tidak ada waktu luang, hanya saja memang dia aku anggap tidak pernah serius dalam masalah mengajakku jalan. Toh sebenanrnya aku senang — senang saja ketika orang yang begitu mengayomi aku dengan frasa — frasa dan leluconya dapat hadir pada sekelilingku saat ini.

Hanya saja setelah aku mulai menerima dengan keadaan ini, aku mulai jarang berinteraksi dengan dia. Tidak seintens saat aku menjadi mahasiswa baru di kampus ini. Mungkin — mungkin kita hanya berhubungan lewat call namun dengan durasi satu jam tapi itu terjadi mungkin hanya 3 kali dalam satu tahun terakhir. Dan tiba tibia akan datang kesini dua minggu lagi.

Add a comment

Related posts:

Managing cash flow during a period of crisis

What a start to our Vision 2020 year! Over the past few months, most of the world have gone from blasé to a siege mentality about the new Coronavirus which has caused great disruptions in economies…

BAKING SODA DRINK THAT

A Blog By DR TRASI FELLUS(A Certified Weight Loss Expert Trained Over 2000+ offline And About 200 + Offline Success Stories(@googl/web) — — — When consumed daily, such beverages may result in larger…

Que hacer si siente atrapado en el trabajo?

Nuestras opciones de carrera nos dan un propósito, pero también pueden causar dolor. Qué hacer si te sientes atrapado en tu carrera Una pregunta que la gente me hace a menudo es “¿Cómo sé que estoy…